SEMINAR PENDIDIKAN: “Konsep SM SAIMS dan Peran Penting Orang Tua dalam Mendampingi Remaja”

oleh: Hamdiyatur Rohmah (dyra_01@yahoo.com)

     Seminar Pendidikan yang diadakan oleh FORSAIMS (Forum Orang Tua Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya), bekerjasama dengan pihak  Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya yang diadakan pada hari Sabtu, 4 Februari 2012, mendatangkan dua nara sumber yang sudah tak asing lagi. Mereka adalah Bapak Drs. Martadi, M.Sn. dan Bapak Abuya Luthfi Muhammad.
     Kedua pembicara ini memiliki ruang masing-masing yang saling melengkapi. Bapak Martadi yang sudah melanglang buana sebagai praktisi pendidikan yang tidak hanya berada di kampus, tapi sudah melenggang di Ibu kota Jakarta menjadi salah satu tim Pendidikan Karakter. Beliau menyuguhkan materi yang syarat dengan penelitian tentang orang sukses.


     Materi itu diberikan untuk menjawab pertanyaan “Mengapa Harus Sekolah?”. Bagaimana sekolah bisa menjadi pengantar kesuksesan anak didiknya? Pak Martadi mengupas beberapa sistem kurikulum yang seharusnya dimiliki oleh setiap sekolah untuk mewujudkan pribadi yang siap menjadi orang sukses. 

     80 % kesuksesan ditentukan oleh skill, 20 % nya sisi akademis. Skill utama yang seharusnya diajarkan oleh sekolah kepada anak didiknya adalah “berpikir tingkat tinggi”, artinya kita menyiapkan anak untuk mampu menganalisa masalah sehingga ia akan mampu mengevaluasi diri dan belajar untuk selalu memperbaiki kinerjanya.

     Data-data yang disampaikan Pak Martadi yang diambil dari penelitian para pakar . informasi ini sangat penting untuk diketahui. Dengan demikian pihak sekolah pun akan bersiap diri untuk lebih inovatif dan merancang kurikulum yang lebih banyak muatan softskillnya daripada sekedar mengejar target akademis. “SAIMS adalah sekolah yang sudah mengupayakan ini,” beliau mengakhiri presentasinya.
     Pembicara kedua, Bapak Abuya Lutfi Muhammad langsung menggugah pemikiran kami dengan kalimat, “Saya setuju bahwa menjadi orang sukses itu tidak perlu ijazah.” Kemudian beliau menuturkan pengalaman pribadinya yang sudah bisa keliling dunia tanpa ijazah. Bisa berkiprah dalam dunia tulis-menulis alias menjadi penulis buku. Buku yang sudah diilaunch sekitar 16 dan puluhan yang masih dalam bentuk skrip. Beliau juga merupakan Duta Lingkungan Dunia.

     Beliau menuturkan bahwa pendidikan yang terpenting adalah orang tua harus mampu membekali anak-anaknya dengan pendidikan akidah kepada ALLAH SWT. Orang tua harus mampu menyuguhkan pribadi yang sholeh, lingkungan yang sholeh, guru yang sholeh, dan dimodali dari harta yang halal dan thoyib, sehingga kedisiplinan anak akan mewarnai seluruh kehidupannya.
     Kedisiplinan yang dijelaskan beliau adalah ketika setiap diri mampu bertindak benar dalam situasi dan kondisi yang benar pula.  Maka, satu-satunya tempat meminta segala kebaikan dan kebenaran adalah ALLAH SWT. Jika manusia masih bisa meminta kepada manuasia lain, maka ia tergolong manusia yang tidak pandai bersyukur. Maka untuk kebaikan anak-anak kita, berusahalah mendekatkan mereka kepada ALLAH SWT, dan hanya kepada ALLAH SWT lah kita meminta perlindungan dan kebaikan.
     “Biarkanlah anak-anak menjadi dirinya sendiri, tidak perlu memaksakan anak menjadi seperti orang tuanya”, tegas Pak Abuya dengan berbagai penjelasan, diantaranya adalah contoh pengalaman masa kecil beliau. Kemudian Pak Abuya bertanya, “Ada berapa mata pelajaran di SAIMS?”.
     Ustadz Dwi yang menjadi pembawa acara menjawab, “Ada 6 Pak”.
     “Wah, itu kebanyakan! Cukup ada tiga mata pelajaran. Akidah, Bahasa, dan kajian AL-qur’an dan sunnah,” jelas Pak Abuya. Ketiga mata pelajaran itu cukup untuk membekali anak dan akan membuat mereka lebih memahami diri dengan mendekat kepada ALLAH SWT dan memahami ciptaanNYA. “Dan ajarilah anak-anak untuk cinta kepada alam, merawat, dan menjaganya.” Kalimat itu sebagai awal penjelasan beliau mengenai pemanfaatan sampah dan bagaimana upaya menjaga lingkungan. Karena beliau adalah Duta Lingkungan Dunia, maka itu wajib disampaikan untuk memotivasi orang lain agar lebih peduli dengan lingkungannya masing-masing.
     Pada sesi terakhir, Pak Abuya menceritakan bagaimana beliau mengabdi kepada gurunya dan bagaimana  upaya beliau belajar tanpa harus masuk kelas. Cerita tersebut dilengkapi dengan upaya beliau untuk mendapatkan guru yang baik anaknya. Beliau melakukan istikharah selama 3 tahun untuk mendapatkan guru yang tepat bagi anaknya.
     Gaya penyampaian Pak Abuya dengan tehnik logika terbalik membutuhkan akidah yang kuat untuk memahaminya. Kalimat yang mengagumkan adalah, “Jika kesuksesan seseorang tidak disandarkan kepada ALLAH SWT, maka ia tidak akan memiliki kesuksesan yang sesungguhnya.”

Search This Blog