Peringatan Hari Bumi bersama Walikota Surabaya

Pada hari Rabu, tanggal 25 April 2012 siswa–siswi SD Sekolah Alam Insan mulia Surabaya (SAIMS) mendapat undangan dari LSM Tunas Hijau untuk mengikuti lomba Poster Hemat Energi dan Talk Show bersama Ibu Walikota Surabaya, Ibu Tri Rismaharini tentang sikap kita terhadap lingkungan kita khususnya Surabaya. Acara tersebut diselenggarakan dengan tujuan untuk memperingati Hari Bumi dan juga merayakan Hari jadi  PT. PGN (Perusahaan Gas Negara) yang ke 47.
Beberapa siswa-siswi dibagi untuk mengikuti beberapa rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sejak pukul 07:30 sampai pukul 12:30 yang berlokasi di Kebun Bibit wonorejo Surabaya, antara lain: 12 anak mengikuti lomba membuat poster hemat energi, 14 anak mengikuti Talk Show bersama Ibu Walikota Surabaya dan 1 orang mengikuti demo membuat sumur Biopori.
7.55 beberapa siswa yang telah datang segera mendaftar ulang dan menuju area masing-masing. Siswa yang menggambar menuju ke tepian danau kebun bibit dan memilih posisi yang nyaman. Awalnya durasi menggambar poster hemat energy  mulai jam 7.30-10.30, akan tetapi karena banyak peserta yang salah alamat maka panitia membolehkan menyusul. Berikut dialog yang membuat saya (usd.ina) tersenyum saat mendampingi panitia menggambar:
G (Guru SD lain): “aduh mbak… kita salah 2 kali lhho…. Kita kita kebin bibit sama dengan kebun flora, ternyata salah hehehe… taapi masih boleh kan ikut lomba?”
P (panitia): “boleh pak,… memang tadi kesasar dimana?”
G : “y itu tadi, taman flora… truss kita menuju kesini. Lha kok sama mbak, nyasar lagi.”
S (usd.ina): “ke bosem y pak? Hehehe… ndak pa pa bapak, tadi juga ada bebrapa peserta yang seperti bapak alami. Iya kan mbak?”
G : “iy buk, walah walah…… ini kami 3 bemo lhooo kesini. Boleh kan mbak…?”
P : “hahaha… boleh-boleh pak, silahkan ini kertas gambarnya dan adik-adik boleh memilih tempat gambar disebelah danau ini. Tapi bapak tidak boleh mendampingi ya, karena lokasi menggambar anak-anak di isolasi dari guru pendampingnya.”
Itu yang terjadi di area menggambar. Sedangkan siswa SAIMS yang talk show bermain ular tangga hemat energy bersama panitia dari tunas hijau dan pangeran dan puteri lingkungan 2011. Seru banget!
Pada saat menunggu ibu Risma datang, siswa-siswi SD se-Surabaya mendapat tantangan spontanitas dari panitia untuk lomba “Puppet Show” dan seperti biasanya anak-anak SAIMS kelas 5 (tama,fia,fitra) menjadi peserta pertama untuk unjuk kebolehan mereka memeragakan boneka tangan itu. Semua penonton menyambut dengan applaus yang ramai sesaat setelah mereka berada di bilik panggung boneka. Lucu dan seru begitu kata beberapa penonton di sana.
Sekitar jam 10.00 Ibu Walikota, Ibu risma beserta rombongan datang dan menuju kepanggung untuk memberikan sambutan. Ibu risma menjelaskan mengapa sejak kita kecil kita harus peduli lingkungan. Karena sampah yang kecil bisa menjadi musuh kita kedepannya. Misalnya sampah plastik, itu bisa diuraikan tetapi butuh waktu yang lama sekali. Lalu mengapa kita harus menanam pohon, karena jika lama kelamaan tidak ada pohon maka rumah kita akan panas….surabaya juga panas.
Setelah bercerita banyak, bu risma mengajak dialog siswa-siswa SD se-Surabaya. Lalu dilanjutkan pelepasan burung oleh bu risma dan anak-anak SD dilanjutkan bu risma secra simbolis menanam  pohon matoa dari papua. Selanjutnya anak-anak diajak bu risma untuk melepaskan ikan ke danau buatan di kebun bibit wonorejo tersebut. Kali ini agam kelas 5 dari SAIMS mendapat kesempatan mendampingi bu risma dalam melepaskan ikan-ikan tersebut.
Setelah itu sebelum acara ramah tamah, bu risma menyempatkan menonton beberapa siswa yang diberi kesempatan untuk melakukan flying fox, meluncur menyebrangi danau. Acara flying fox ini anak saims sangat antusias, ada 10 siswa yang bersedia andil untu meluncuuur J
12.30 sisa rombongan saims menuju ke kampus saims, karena beberapa siswa langsung dijemput dilokasi oleh orang tua and driver masing-masing.

Metode Pengomposan

Beberapa waktu lalu, SD SAIMS mendapatkan kunjungan dari Tim Penilai Adiwiyata Tingkat Provinsi Jawa Timur yang yang terdiri dari Bu Winarsih dan Bu Tita. Banyak hal baru yang kami dapat dari bimbingan beliau-beliau tersebut (kami menganggap hal tersebut sebagai kesempatan untuk belajar). Satu dari beberapa ilmu yang kami dapat adalah metode pengomposan.


Sekolah sebenarnya sudah melakukan tekhnik pengomposan yaitu dengan cara menimbun, takakura, dan menggunakan tong komposter. Disarankan oleh Bu Win bahwa sayang sekali jika metode pengajaran pada siswa hanya seperti itu, padahal sampah organik yang dihasilkan cukup berpotensi untuk dimanfaatkan. Muncullah metode gali tutup lubang di tanah dan pengomposan dengan komposter anaerob. Beberapa hari setelah itu barulah kami dapat mewujudkannya.


Berikut ini adalah beberapa metode pembuatan kompos yang dilakukan di sekolah.


1. Pengomposan menggunakan cara menimbun

Tekhnik ini sudah cukup lama dilakukan. Caranya adalah cukup dengan menimbun sampah organik dedaunan yang setiap hari diproduksi oleh tanaman-tanaman kami. Memang waktu yang dibutuhkan pada metode ini cukup lama karena kami tidak melakukan tindakan apapun pada timbunan daun tersebut dan juga ukuran daun yang bervariasi membuat proses penguraian menjadi lama. Hasil kompos ini dapat dilihat di dekat tempat parkir sebelah mess ustadzah.


Lalu kami mencoba membuat tempat baru yang berada di belakang kelas 1 dan green house. Agar cepat menjadi kompos, timbunan tersebut kami beri beberapa perlakuan yaitu membalik dedaunan sampai merata (sampai dasar) dan menyiraminya dengan EM (Effective Microorganism) 4 encer. Kelembaban merupakan faktor penting dalam semua pengomposan. Jadi kami harus membalik-balik dan menyiram dengan EM4 encer atau MOL Nasi encer buatan sendiri setiap 3-4 hari sekali. Lalu kami tutup timbunan tersebut dengan terpal agar kelembaban terjaga.
Mencampur Starter
Memilah sampah




Menyiram tumpukan daun

Menutup timbunan

Pengomposan Timbun



2. Pengomposan menggunakan tong komposter (aerob)


Tekhnik kedua ini biasanya dilakukan ketika anak-anak kelas 4 mengolah limbah hasil panen jagung (tahun ini kedelai). Tong ini memiliki 4 lubang samping dan sisi bawah juga berlubang (sebelumnya tidak) yang dihubungkan dengan pipa paralon pada bagian dalamnya. Bagian pipa yang menonjol keluar dihubungkan dengan sambungan L pipa menghadap ke bawah agar air hujan tidak masuk. 



Sampah organik dedaunan yang akan dimasukkan terlebih dahulu dipotong-potong kecil menggunakan gunting dan ditambah dedaunan kering yang ada lalu dimasukkan kedalam tong. Starter yang dipakai adalah EM4 yang sudah dicampur gula dan dedak. Larutan ini lalu dicampurkan kedalam sampah organik dan tunggu hingga matang (biasanya 3-4 bulan).

3.  Pengomposan Gali Tutup



Cara sederhana ini mungkin yang paling umum digunakan sejak jaman dulu. Kami membuat lubang 1 meter persegi dengan kedalaman sekira 20cm. Mungkin kurang dalam, namun bagi anak-anak yang membuatnya, kedalaman tersebut sudah cukup memadai. Kami lalu mengumpulkan dedaunan untuk kemudian dimasukkan ke dalam lubang. Beri bakteri starter dan tutup. Cek kelembaban tiap 3 hari sekali dan siram air bila perlu. Jika penuh, buat lubang di dekatnya dan lakukan cara serupa.










4. Pengomposan menggunakan keranjang takakura


Pernah kami mempraktikkan keranjang takakura untuk pengomposan. Sampah dapur dimasukkan kedalam keranjang yang sebelumnya diisi dengan kompos sebagai starter. Setelah agak penuh permukaannya, tambahkan kompos di atas sampah sampai tertutup semua agar tidak menimbulkan belatung. Kompos jadi 3-5 bulan. Cara sederhana ini jarang kami pakai karena tidak sebanding dengan volume sampah dapur yang diproduksi sekolah. Untuk itu baru-baru ini kami melakukan pengomposan dengan cara anaerob.






5. Pengomposan menggunakan tong komposter (anaerob)


Sampah organik sisa makanan katering makan siang di sekolah luar biasa bermanfaat. Kami memberi makan ikan lele dan ayam dengan sampah itu. Namun ternyata masih banyak siswa yang terbuang. Untuk itu beberapa waktu lalu kami menerapkan cara yang sudah digunakan Pak Sobirin di Bandung. Kami mempunyai komposter yang sisi dasarnya sudah diambil (bolong). Kami menanam komposter tersebut dalam tanah dan hanya menyisakan sekira 20cm dari mulut tong. Dikatakan anaerob karena tidak memerlukan udara dalam proses penguraiannya, sehingga kami menutup mulut tong tersebut dan hanya membukanya ketika akan memasukkan makanan. 



Memilah Sampah
Memasukkan Sampah
Menyiram dengan Starter


   


Bakteri starter yang kami pakai berasal dari MOL Nasi buatan sendiri atau juga EM4. Kami lalu mengisinya dengan sampah organik sisa makanan. Baru beberapa hari ternyata sudah terisi kira-kira seperempat bagian. Diharapkan musim kemarau ini dapat membantu mempercepat proses karena jika hujan, resapan air tanah akan naik dan mengangkat sampah ke permukaan.

60+ Earth Hour di SAIMS


     "Suasana gelap menyelimuti Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya (SAIMS). Hanya bulan dan bintang serta pancaran sinar penerangan jalan depan sekolah yang menerangi sebagian gerbang SAIMS. Di sayap barat, menara RS Gotong Royong mengirimkan remang cahaya lembut nan hangat untuk membaur bersama kegelapan sekolah. Kami menikmati lingkaran hangat cahaya lilin yang menjalar di sekujur tubuh."



     Demikianlah gambaran singkat mengenai kegiatan 60+ Earth Hour 2012 di SAIMS. Sebagai sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan, SD SAIMS berusaha untuk memberikan kontribusi langsung pada kegiatan-kegiatan bertema lingkungan hidup. Kegiatan ini kami laksanakan mulai pukul 20.30 WIB tepat ditandai dengan pemadaman listrik oleh satpam sekolah. Lilin kami nyalakan di seputar air mancur untuk memberikan penerangan yang estetis.




     Kami, dari guru 3 orang, satpam 2 orang, dan beberapa teman lalu membicarakan pengalaman-pengalaman hidup yang bermakna di dalam kolam air mancur sambil menunggu pukul 21.30 WIB. Makanan kecil menjadi pengisi perut menemani obrolan. Karena posisi kami sudah wuenak, maka kegiatan kami teruskan hingga mendekati pukul 22.00 WIB. Setelah itu, baru lampu kami nyalakan kembali.

 
     Gerakan ini merupakan bagian dari gerakan hemat energi. Tim kami akan menyiapkan beberapa langkah untuk menghemat energi, prioritasnya adalah listrik dan air. Tidaklah perlu mengikuti sebuah event internasional jika kita sudah mampu membiasakan diri menerapkan kegiatan berwawasan lingkungan dalam keseharian.

Search This Blog