Sejenak Berkasih Sayang di Area Taman Toga dan GreenHouse

Waktu berkunjung untuk melakukan 'ini-itu' di GreenHouse telah tiba. Beberapa waktu yang lalu, kami memisahkan beberapa tanaman sirsak (dari lidah Belanda Zuurzak, dari Annona muricata yang disingkat Muris) yang ada di dalam satu pot agar pertumbuhannya lebih baik, sehingga kita memiliki kurang lebih 15 tanaman sirsak. Semuanya berasal dari biji, yang berasal dari buah yang dibeli untuk sekedar memuaskan lidah dengan rasa sirsak. Sekarang rasanya seperti ingin memperbanyak tanaman Akar Wangi.
Akar Wangi
Tanaman Akar Wangi sekilas mirip Serai tapi berdaun lebih kecil dan hijau, lebih kaku dan halus juga seperti rumput, pelepahnya memeluk daun, dan tentu saja wangi. Bau wangi ini terkesan ‘tradisional’ atau entah bagaimana mendeskripsikannya. Yang jelas, bau wangi berasal dari akar yang memproduksi Minyak Atsiri. Minyak ini dipakai sebagai wewangian, bisa secara tradisional yang disimpan dalam lemari, atau dipakai sebagai bahan kosmetik. Sebagai obat, dipercaya sebagai obat kumur untuk bau mulut dan obat gosok rematik (obat luar). Bau khasnya juga dipercaya mengusir serangga dan binatang pengganggu tertentu, baik itu dijual dalam bentuk akar ataupun sudah berupa kerajinan.
Akar Wangi

Karena sudah lebat daunnya, kami berencana untuk memisahkannya ke media tanam lainnya. Agak susah untuk melepas tanaman dari pot besarnya, entah mengapa. Setelah mengeluarkan tanahnya terlebih dahulu, ternyata akarnya telah berbentuk seperti dasar pot! Pantas saja agak susah untuk mengeluarkannya. Tanaman ini berkembang dengan luar biasa. Kami lalu berusaha memisahkannya.

Memisahkan rumpun ternyata tidak semudah perkiraan. Karena cukup susah, akhirnya kami memerlukan alat tajam untuk memisahkannya. Jika sukses (maklum, baru pertama kali praktik…), maka kami sekarang memiliki kurang lebih 6 pot akar wangi. Mungkin untuk kedepannya hasil panen bisa dimanfaatkan anak-anak sebagai karya atau bagian dari karya. 


Berpindah ke Taman Toga, kami masih ingat ketika liputan Blakraan Hijau Goes to School anak-anak kelas 1 dan 2 menanam tanaman Melati Cina (ada yang menyebutnya Melati Jepang). Sesuai dengan harapan kami, tanaman tersebut tumbuh rapi membatasi jalan dengan taman.

 

 
Peppermint
Beralih ke tengah taman, ada penghuni baru yang mendiami singgasana tanpa pot plastik atau polybag. Mereka adalah tanaman mint. Mungkin macamnya adalahpeppermint dan spearmint. Keduanya sebenarnya dapat lebih cepat tumbuh di dataran tinggi, namun di Taman Toga kami mereka ternyata tumbuh dengan cepat. Bahkan perkiraan kami, kami akan kewalahan jika tidak mengaturnya (mengingat mereka langsung di atas tanah). Mungkin pot gantung dapat menjadi alternatif tanaman merambat ini. Jadi ketika ingin mencampur teh atau jeruk dengan mint, kita tinggal memetiknya saja.
 
Kemangi

Lalu beralih ke kemangi yang ada di Ladang, kemangi ini terlihat ‘gondrong’ namun daunnya sedikit. Umurnya juga sudah tua. Kebanyakan yang dihasilkan adalah sedikit daun tumbuh dan langsung berbunga. Musim kemarau tampaknya menyiasati mereka untuk menyeimbangkan diri dengan menghasilkan sedikit daun. Bunga-bunga kering yang berisi biji kemangi biasanya kami ambil lalu kami sebarkan di daerah tertentu agar tumbuh tanaman baru. Saat ini banyak sekali bibit tanaman kemangi yang tumbuh liar di sekolah.

Begitulah sekilas cerita kami. Banyak ide yang berseliweran di kepala dengan melihat langsung ke lapangan. Semoga kedepannya kami dan anak-anak dapat mengolahnya dengan lebih baik lagi.

Search This Blog