Bank Sampah Dan Budidaya Tanaman SD SAIM

Sumber klik disini

Surabaya- Banyak kegiatan yang telah dilakukan oleh siswa-siswi SD SAIM selama pelaksanaan Panasonic Eco Kideas bersama Tunas Hijau. Lahan sekolah yang telah rindang sangat mendukung kegiatan siswa untuk lebih ramah terhadap lingkungan. Kegiatan-kegiatan yang selama ini dilakukan langsung diimplementasikan ke praktek di lapangan langsung. 
Siswa SD SAIM Surabaya menjelaskan mekanisme bank sampah di sekolahnya

Diantara kegiatan rutin yang dilakukan adalah bank sampah sebagai salah satu upaya pengolahan sampah non organik. “Siswa membawa sampah non organik dari rumah, karena di sekolah sudah terbiasa mengumpulkan sampah kering. Jadi kebiasaan yang telah dilakukan di sekolah bisa dilakukan juga di rumah,” ujar Eko, guru SD SAIM, saat penilaian Panasonic Eco Kideas di sekolahnya, Senin (21/1).
Siswa kelas lima yang menjadi petugas bank sampah. Mereka dibagi sesuai jadwal untuk menjaga bank sampah. Sedangkan nasabahnya dibagi setiap hari sesuai kelas masing-masing. “Kelas satu dan kelas enam menyetorkan sampah setiap hari Senin, kelas dua hari Selasa, kelas tiga hari Rabu, kelas empat hari Kamis, dan kelas lima hari Jum’at,” kata Anastasya Nur Aini Azzahra siswa kader lingkungan kelas V.
Sesuai jadwal hari siswa masing-masing kelas membawa sampah dari rumah. “Sampah lantas disetor ke bank sampah,” ujar Anastasya Nur Aini Azzahra. Petugas bank sampah tidak hanya menjaga dan mencatat sampah yang masuk, tetapi juga memisahkan ulang sampah tersebut. Dari bank sampah yang ada di sekolah, setiap satu bulan sekali sampah tersebut dijual kepada pengepul.

Pengolahan sampah organik menjadi kompos di SD SAIM Surabaya

Tidak hanya bank sampah yang diutamakan agar siswa terbiasa untuk ramah terhadap lingkungan. Ada juga pembudidayaan tanaman, seperti yang disampaikan oleh Aldien Pijar Zaman, siswa kelas IV. “Mulai kelas satu hingga kelas lima kami melakukan budidaya tanaman,” kata Aldien Pijar.
“Kelas satu melakukan budidaya bayam, kelas dua tanaman dalam pot, kelas tiga observasi hutan, kelas empat budidaya jagung, kelas lima menjadi panitia bank sampah, sedangkan kelas enam hanya membantu adik-adik kelas satu,” tambah Aldien Pijar. Tidak hanya menanam, siswa juga merawat tanaman-tanaman tersebut setiap hari. Setiap kelas mempunyai tanggung jawab sepetak lahan untuk ditanami dan dirawat setiap hari.
Kebiasaan yang timbul di sekolah tidak berhenti hanya dilakukan siswa di sekolah, tetapi juga diimplementasi di rumah. Orang tua siswa juga dilibatkan agar siswa juga dapat melakukan kebiasaan ramah lingkungan selama di rumah. Sehingga kebiasaan ramah lingkungan tidak berhenti di sekolah saja. (sari)

Search This Blog