Setelah ramai melihat kejadian serangan serangga ini di kawasan kenjeran melalui pesawat TV, sekolah kami SD SAIMS menjadi sorotan karena ternyata beberapa siswa juga terindikasi terserang tomcat (rove beetle). Siswa-siswa tersebut mengalami iritasi seperti herpes pada kulit, bahkan ada luka yang berada di wajah. Atas himbauan dari beberapa pihak yang concern, maka SD SAIMS melakukan sosialisasi tentang kewaspadaan terhadap serangga ini. Sosialisasi ini dilakukan langsung oleh Kepala Sekolah Dasar SAIMS, Agus Anang Fatoni bertempat di Masjid SAIMS pada tanggal 20 Maret 2012. Dengan informasi yang tepat, diharapkan siswa waspada –bukan panik- ketika berjumpa dengan tomcat.
Bagi kita yang terbiasa hidup di dekat sawah atau lahan berumput, maka kita sudah tidak asing dengan tomcat. Mereka biasanya hidup di rerumputan, sawah, dan tempat lembab lainnya di dekat tempat tinggal. Namun bagi yang baru mengetahui -terutama anak-anak yang terserang- ini menjadi pengalaman yang baru sehingga perlu diberikan arahan terhadap ‘serangan’ tomcat.
Bagi kita yang terbiasa hidup di dekat sawah atau lahan berumput, maka kita sudah tidak asing dengan tomcat. Mereka biasanya hidup di rerumputan, sawah, dan tempat lembab lainnya di dekat tempat tinggal. Namun bagi yang baru mengetahui -terutama anak-anak yang terserang- ini menjadi pengalaman yang baru sehingga perlu diberikan arahan terhadap ‘serangan’ tomcat.
Dikatakan ‘serangan’ adalah apabila tomcat datang ke wilayah permukiman penduduk yang notabene bukan tempat hidupnya (masuk ke flat apartemen, sekolah, dll) dan dalam jumlah yang tidak wajar. Jika kasus di wilayah Surabaya Timur menurut beberapa ahli diidentifikasi karena kerusakan mangrove oleh pengembang real estat, lantas mengapa kasus-kasus tomcat dilaporkan tersebar hingga meliputi pulau Jawa -sehingga pihak Kementrian Kesehatan harus turun tangan?
Berikut ini akan kami tampilkan rubrik SOROT Vivanews.com yang khusus membahas tentang si ‘charlie’ Rove Beettle ini.
Sumber:
http://sorot.vivanews.com/news/read/298638-teror-tomcat
http://sorot.vivanews.com/news/read/298639-infografik--serangan-serangga-tomcat
http://sorot.vivanews.com/news/read/298641-tomcat--racun-berat-serangga-kecil
http://sorot.vivanews.com/news/read/298646--15-kali-lebih-beracun-dari-kobra-
TEROR TOMCAT
Menyerang warga di Surabaya, dan kini di Bekasi. Gatal, tapi tak mematikan.
VIVAnews –Ketika petang Ahad pekan lalu Djuariyah, 46 tahun, berangkat mandi dia tak menduga binatang kecil menempel di handuknya membawa perkara. Warga Blok B Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Randu, Kenjeran, Surabaya itu menganggap serangga tadi hanya seekor semut. Tak berbahaya.
Selesai mandi, Djuariyah pun mengeringkan badan. Tak ada yang janggal.
Pada malam hari lehernya terasa gatal. Dia menggaruknya. Tapi gatal itu kian menjadi. Makin kuat dia menggaruk, makin meradang kulitnya. Rasa gatal itu merambat cepat ke paha kanan, dan lengan kanan. Djuariyah mengerang. Kulitnya mulai perih dan panas.
Ia mencoba memberi salep, dan menaburi bedak biang keringat. Tapi sia-sia.
“Saya tidak mengira serangga itu berbahaya,” kata Djuariah pada VIVAnews. Meski begitu dia tak pergi ke Puskesmas. Padahal sudah empat hari kulitnya gatal, panas, dan perih.
Rupanya Djuariah tak sendiri. Di rumah susun itu, 60 orang bernasib sama. Ulah serangga kecil itu membuat 23 orang, termasuk anak-anak di Blok A, mengerang gatal. Di Blok B, 26 orang., Blok C 4 orang, dan Blok D ada 7 orang.
Dari televisi, mereka baru tahu gatal itu akibat serangga Tomcat. Sontak warga setempat mulai waspada. Ini serangga ternyata luar biasa.
***
Tomcat memang tengah mengamuk di Surabaya. Ratusan orang menjadi korban. Sampai 19 Maret saja, Dinas Kesehatan Surabaya mencatat 48 orang melapor ke Puskesmas.nLaporan datang dari Puskesmas Keputih. Kenjeran, Pakus, Medokan Ayu, Pacar Keling, Sidotapo Wetan, dan apartemen East Coast Laguna Pakuwon City. “Sekitar 7 Puskesmas menerima pasien akibat Tomcat,” kata Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya, Esty Martiana Rachmie. Tentu, jumlah korban bisa lebih besar. Banyak warga terkena Tomcat tak melapor ke Puskemas. Contohnya Djuariyah. Di tempat dia tinggal, hanya 11 orang ke Puskesmas. Padahal korban di sana ada 60 orang.
Serangan ke Surabaya, sebenarnya dimulai dua pekan lalu, saat kawanan serangga itu menyerbu kawasan elit Apartemen Eascoast, Pakuwon City, Laguna Indah. Sesudah itu, aksi Tomcat menyebar ke wilayah lain.
“Serangan Tomcat tahun ini lebih dahsyat dari tahun lalu,” kata pengamat hama dan penyakit tanaman Dinas Pertanian Kota Surabaya, Radix Prima. Laporan terakhir, ada 28 titik di Surabaya terkena ulah Tomcat. Tapi yang tertangani baru 11 titik. Tahun lalu, kata Radix, Tomcat hanya menyerang Rusunawa Penjaringan Sari, dan Rusunawa Tanah Merah.
Tapi sejumlah serangan yang membuat panik itu pun bukan pertama di Jawa Timur.
Pada 2008, Tomcat menyerang perumahan yang dikelilingi tebu di Tulungagung. Korban 260 orang. Di tahun sama, terjadi serangan di Kecamatan Besuki, Tulungagung. Korbannya 60 orang. Pada 2009, di rumah susun Gresik, dengan 50 orang korban. Pada 2010, serangan terjadi di Kenjeran, Surabaya, jumlah korban 20 orang.
***
Lalu, apa sebenarnya Tomcat? Sejatinya, Tomcat punya banyak nama. Di luar negeri ia disebut Kumbang Rove (Rove Beetle). Orang Indonesia menyebutnya Semut Kanai, atau di Malaysia dipanggil Semut Kayap.
Nama ilmiah serangga itu adalah Paederus Fuscipes. Serangga ini termasuk Ordo Orthopetra dan Famili Staphylinidae.
Pakar serangga dan Guru Besar Entomologi Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Ir. Aunu Rauf, M.Sc. mengatakan, “Binatang ini disebut Tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat F-14.”
Tubuh kumbang ini ramping, ukurannya kurang satu sentimeter, sekitar 7-10 milimeter, dan lebar 0,5-1,0 milimeter. Kepalanya hitam, sayap biru kehitaman. Bagian toraks dan abdomen oranye, atau merah. Pada saat berjalan, bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas.
Tomcat berkembang biak di tanah, dan tempat lembab. Seperti di galangan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan. Serangga ini sangat doyan cahaya, terutama lampu rumah. Itu diduga menjadi alasan mereka meloncat dari sawah ke pemukiman manusia. Lahan bagi sawah juga kian sempit. Apalagi di Surabaya, sawah tinggal 1.600 hektar. Banyak sawah telah disulap menjadi perumahan. Kumbang ini adalah pemangsa serangga lain. Ia musuh alami dari hama tanaman padi, wereng coklat. Maka, boleh dibilang Tomcat adalah sahabat petani.
Serangga itu sebetulnya tak menggigit, atau menyengat. Tapi jika terganggu atau tidak sengaja terpijit, ia akan mengeluarkan cairan. Inilah yang berbahaya. Cairan itu penyebab kulit memerah seperti terbakar (dermatitis). Itu sebabnya sering disebut Paederus Dermatitis. Di cairan itu ada zat racun yang disebut pederin. Ada yang menyebutnya 15 kali lebih beracun dari bisa ular kobra.
Bila racun Tomcat terkena di kulit manusia maka akan timbul rasa gatal, panas menyengat dan perih. Bila digaruk, maka bentolan mengandung nanah berwarna bening, akan pecah, dan menyebar ke daerah kulit lain seperti penyakit herpes. Sebaran bentolan akan semakin luas. Bila diobati, penyakit ini akan reda dalam 10 hari, atau dua minggu.
Serangan Tomcat tidak hanya terjadi di Indonesia. Tetapi pernah dilaporkan terjadi di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang-Malaysia (2004dan 2007), India Selatan (2007) dan Irak (2008). (Baca: Ulah Tomcat di Sekujur Bumi)
***
Tomcat tak hanya merajalela di Surabaya, tapi juga di Tuban, Bekasi, Yogyakarta, Mataram dan Bali.
Di Kabupaten Tuban, serangga ini membuat cemas warga Desa Talangkembar, Montong, Tuban. Salah satu korbannya, Mauludin, 45 tahun, bercerita gatal-gatal yang dideritanya mirip ulah Tomcat. Kulitnya tak hanya gatal, tapi bengkak, dan sedikit bernanah. "Rasanya panas," kata Mauludin.
Di Bekasi, di ujung barat pulau Jawa, Tomcat bertingkah di Rusunawa Bekasijaya di Jalan Baru Underpass Duren Jaya, Kelurahan Bekasi Jaya, Kecamatan Bekasi Timur.
Dedy bin Warsita, penghuni Rusunawa itu, mengatakan lokasi itu sudah diserang sejak dua bulan lalu. “Saya pernah terkena di leher. Rasanya panas, perih dan kulit saya memerah,” ujarnya. Menurutnya, dari 94 Kepala Keluarga (KK) yang tinggal di sana, 64 KK di antaranya sudah pernah “dikerjai” Tomcat.
Di Yogyakarta, Tomcat menyerang belasan warga di Kampung Celeban, Kelurahan Tahunan, Umbulharjo. Rata-rata warga terkena serangan ini tinggal di pemukiman dekat persawahan. “Saya baru tahu itu Tomcat ketika menonton berita di televisi,” kata warga Celeban ini.
Karena serangan kian meluas, pemerintah pun turun tangan. Dua kementerian, Kementerian Kesehatan dan Kementerian Pertanian terlibat. “Sudah ditangani supaya tak meluas,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat, Agung Laksono.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Kementrian Kesehatan, Dr Tjandra Yoga, dalam keterangan tertulisnya ke VIVAnews mengungkapkan agar warga tak panik. Ini bukan wabah mematikan. Ia memberi tips jika warga bertemu serangga ini.
Antara lain, jangan dipencet agar racun tidak mengenai kulit. Masukkan ke kantung plastik dan buang ke tempat aman. Bila kumbang ini berada di kulit, singkirkan dengan dengan meniup, atau memakai kertas. Beri air mengalir, dan sabun pada kulit yang terpapar cairan serangga ini. Bila masih terasa bengkak dan gatal, segera datang ke dokter.
Perlukan serangga ini dibasmi? Pakar penyakit, hama, dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Dr Suputa, tak setuju. Dia mengingatkan, Tomcat bukanlah hama yang pantas dibasmi.
Serangga kecil itu adalah predator, dan musuh bagi wereng, hama paling menakutkan bagi para petani. Wereng membuat petani menangis, karena mengisap isi bulir padi. "Tomcat ini serangga berguna yang seharusnya kita dipindahkan ke lahan sawah," kata Suputa.(np)
Infografik: Serangan Serangga Tomcat
Naskah : Bayu Galih
Grafis : Joseph Angkasa.
Grafis : Joseph Angkasa.
Ulah Tomcat di Sekujur Bumi
Muncul di Afrika, bikin heboh di Iran dan China.
VIVAnews – Meski kecil seperti semut -- panjang sekitar 7-8 milimeter-- serangga merah-hitam ini jangan dianggap enteng. Tercatat, ribuan orang di dunia kapok “dikerjain” makhluk pecinta cahaya lampu ini.
Nama latin serangga itu Paederus riparius, di tubuhnya mengandung racun Paederin (C24 H43 O9 N). Di Indonesia dia disebut Tomcat, mungkin kalau berjalan ekornya terangkat sehingga mirip pesawat tempur F-14 Tomcat. Di Malaysia, serangga ini disebut Semut Kayap.
Sebetulnya serangga ini tak menggit, atau pun menyengat. Yang berbahaya cairan racun di tubuhnya itu. Jika terpencet, maka racun berkonsentrasi 12 kali lebih tinggi dari bisa ular Kobra, akan menimbulkan radang di kulit, gatal, panas dan melepuh. Kedokteran menyebutnya sebagai paederus dermatitis. Repotnya, jika tak segera ditangani ruam itu bengkak, dan terkadang bernanah. Kalau digaruk, dan bentolan itu pecah, maka racunnya akan menyebar ke tempat lain. Ruam akan hilang dalam waktu 10-12 hari, dan meninggalkan bekas di kulit.
Satu artikel di South African Medical Journal, Agustus 2011, menyebut wabah ini telah ada sejak permulaan sejarah. Bahkan, menurut tulisan di jurnal ini, wabah ketiga dan keempat di Mesir yang disebutkan di Alkitab pada Surat Keluaran di Perjanjian Lama diyakini adalah ruam karena racun Tomcat.
Wabah Tomcat, menurut jurnal itu, pertama kali tercatat terjadi di Afrika pada 1915 dan berhasil terdokumentasikan di Afrika Timur pada 1916. Serangga yang juga disebut Lalat Nairobi ini juga menyerang Kinshasa, Kongo, pada 1921. Lalu Freetown, Sierra Leone, pada 1925. India diserang Tomcat pada 1933, Sudan pada 1958, Malawi dan Namibia pada 1962.
Pada 2002, serangga ini beraksi di Penang, Malaysia. Ribuan orang penghuni apartemen dan asrama mahasiswa di Penang terkena dermatitis. Pada 2008, epidemi Tomcat terjadi di wilayah sama, menyerang 156 orang di Tanjung Bungah dan Praya Terubong, serta desa Wawasan di Sungai Rambai, Permatang Pauh dan Bagan Lalang.
Epidemi Tomcat di Penang terjadi di wilayah yang dikelilingi sawah dan di lapangan sekolah. Tomcat senang cahaya lampu, itulah yang membuat serangga kecil ini kerap berkerubung di daerah terang.
Biasanya, serangga ini hidup di daerah kering, semisal persawahan atau lapangan. Ketika hujan turun dan menyebabkan air menggenang, Tomcat bermigrasi ke tempat kering dan hangat: rumah warga.
Pada 2009, epidemi Tomcat juga pernah dialami ratusan pekerja pabrik mainan di kota Chibi, China, 2009 silam. Menurut data Pusat Informasi Bioteknologi Nasional Amerika Serikat, dari 316 pekerja di pabrik, 68 menderita paederus dermatitis, dengan ruam merah di sekitar wajah dan leher.
Pemerintah China menurunkan tim medis dan para ahli parasit dari Fakultas Parasitology, Universitas Huazhong di Wuhan. Mereka mendata dan mencari tahu lingkungan hidup Tomcat, dan asal usul wabah itu. Para ahli menemukan, lokasi pabrik yang terang, lembab dan kotor membuat Tomcat betah singgah di pabrik itu.
Di Iran, koloni serangga yang agak malas terbang ini sempat berulah di Priovinsi Gulian, utara Iran. Selama enam bulan pada 2001, sebanyak 156 orang di provinsi itu dilaporkan menderita ruam akibat Paederin.
Puncak epidemi terjadi pada September tahun itu. Ada 15 persen pasien mengalami diffuse deskuamasi atau pengelupasan kulit merata, terutama di wajah dan leher. Kebanyakan penderita hidup di radius 1 km dari sawah, dan memakai penerangan lampu neon di rumah mereka. Pada 2001 itu, Iran pertama kali mencatat kasus Tomcat. Sebelumnya, Guilan diserang Tomcat setiap tahun. Terutama di musim panas dan semi.
Di India, Tomcat pernah membayangi warga selama setahun di wilayah Tamilnadi, India Selatan, saat musim kemarau panjang. Sedikitnya 123 pasien radang kulit dilaporkan petugas medis setempat. Kebanyakan penderita mahasiswa terkena racun serangga itu di asrama mereka, yang berada di dekat sawah.
Menyerang tentara AS
Ratusan tentara AS pernah dibuat repot oleh serangga ini. Departemen Dermatologi dari Pusat Medis Angkatan Laut San Diego dan Universitas California, dikutip dari Medscape News, menyebutkan banyak tentara AS terkena dermatitis saat mereka bertugas di Timur Tengah.
Militer AS bahkan menyamakan radang kulit akibat ulah oleh Tomcat serupa efek senjata kimia yang dilarang digunakan berperang, di antaranya mustard gas, lewisite dan herpes zoster.
Pada 2001, dilaporkan ada 191 tentara, sekitar 10 persen dari tentara Operation Enduring Freedom, terjangkit radang kulit saat bertugas di Pakistan. Sebanyak 30 pasukan khusus AS di Afganistan mengalami ruam kulit akibat Tomcat pada 2002. Pada 2007, giliran 20 tentara di pangkalan militer Balad, Irak, terkena gatal akibat ulah Tomcat.
Dermatitis biasanya menyerang tentara yang bekerja malam hari. Terutama serdadu yang berdiri dekat cahaya lampu. Mereka kerap dihinggapi serangga ini, dan tiba-tiba merasakan sensasi terbakar di wajah dan leher. Ruam yang dialami awalnya berbentuk bulatan, dan kemudian membesar, menyebar di kulit. Setelah 7-10 hari, ruam sembuh, tapi meninggalkan bekas putih. Pasukan AS pun menyemprotkan insektisida mengandung permethrin di wilayah epidemi.
Mereka tidur memakai jaring nyamuk, mengoleskan obat anti serangga, dan menghindari tempat lembab yang disukai Tomcat. Cara lain: mengganti lampu dari neon ke berbahan sodium atau lampu halogen. Dua jenis lampu itu bersinar kuning dan oranye, dan Tomcat tak doyan warna itu.
Baik bagi tanaman
Meskipun Tomcat merugikan bagi kesehatan manusia, tapi serangga ini menguntungkan bagi tanaman ladang. Usia Tomcat lumayan singkat, 40-60 hari. Saat usia dewasa, dia menjadi predator karnivora.
Sebuah situs informasi perkebunan Amerika Serikat, basic-info-4-organic-fertilizers.com, bahkan memberikan saran bagaimana memancing serangga Tomcat agar bersarang di kebun. "Untuk memancing serangga ini ke kebun anda, tinggalkan sebidang tanah yang belum dibajak dan penuh rumput," tulis situs itu. Serangga ini sangat aktif, dan bergerak sangat cepat. Walaupun bersayap, mereka lebih suka merayap di tanah, mencari mangsa. Makanya, serangga ini menjadi agen pengendali hama biologis di ladang dan sawah sejak 1919.
Tomcat menyantap segala macam serangga kecil, atau bakal serangga. Di antara pakannya adalah kutu, larva dan telur lalat, larva ngengat, siput, dan belatung, kesemuanya adalah hama bagi tanaman sayur, seperti kol dan bawang bombay.
Selain berguna mengendalikan hama tanaman, kehadiran Tomcat menjadi indikasi seberapa baiknya upaya pemulihan hutan. Beberapa ahli di Universitas Alberta, Kanada, meneliti dengan menggunakan Tomcat sebagai indikatornya.
Berdasarkan penelitian, pasca penggundulan hutan atau lahan, jumlah serangga Tomcat menurun drastis. Ketika masa pemulihan, serangga Tomcat tak mencapai jumlah maksimal seperti sebelumnya.
Ini menunjukkan usai penggundulan, hutan tak pernah sepenuhnya pulih seperti semula, meskipun hutan baru punya lebih banyak keragaman hayati. “Studi ini sangat penting. Hutan baru tak akan punya biota sama seperti hutan lama. Kita harus memastikan penanaman hutan kembali dengan baik dan terencana," kata Profesor John Spence, dari Universitas Alberta. (np)
“15 Kali Lebih Beracun dari Kobra"
Wawancara Guru Besar Entomologi IPB, Prof. Dr. Aunu Rauf, M.Sc.
VIVAnews - Serangan serangga Tomcat membuat gelisah warga. Awalnya, serangga mirip semut tapi berperut panjang dengan kombinasi warna merah, hitam dan oranye ini menyerang Surabaya. Sejumlah warga mendadak kulitnya gatal dan perih. Lalu melepuh.
Ahli hama dari Institut Pertanian Bogor, Prof. Dr. Aunu Rauf, M.Sc pun ikut sibuk. Soalnya, dia rajin ditanya media massa perihal serangan masif serangga ini. “Tomcat tak mematikan, hanya cairan tubuhnya membuat kulit melepuh,” ujarnya kepada VIVAnews, Rabu 21 Maret 2012.
Lalu, mengapa Tomcat menyerang pemukiman manusia? Aunu, ahli entomologi pertanian yang meraih PhD di Universitas Wisconsin, Amerika Serikat pada 1983, menjelaskan ihwal serangga itu. Tomcat sebetulnya adalah sahabat para petani, karena dia predator bagi hama wereng. Berikut petikan obrolan dengan Aunu.
Di Surabaya, ada wabah serangan serangga yang disebut Tomcat.
Mengapa disebut Tomcat?
Tomcat yang menyerang di daerah Surabaya adalah sejenis kumbang dengan nama ilmiah Paederus fuscipes, yang termasuk Ordo Orthoptera dan Famili Staphylinidae. Dalam bahasa Inggrisnya disebut “rove beetle” atau kumbang penjelajah atau pengelana, karena selalu aktif berjalan-jalan.
Masyarakat menyebutnya Tomcat, mungkin karena bentuknya sepintas seperti pesawat tempur Tomcat F-14. Tubuh kumbang ini ramping, dan pada saat berjalan bagian belakang tubuhnya melengkung ke atas. Kumbang berukuran panjang 7-10 mm dan lebar 0.5-1.0 mm. Kepalanya berwarna hitam, sayap berwarna biru kehitaman dan hanya menutupi bagian depan tubuh. Bagian toraks dan abdomen berwarna orange atau merah. Warna orange atau merah ini diduga sebagai sinyal bagi musuh-musuhnya (misalnya laba-laba) bahwa kumbang ini beracun dan harus dihindari.
Dalam keluarga serangga, Tomcat ini dari jenis apa?
Tomcat adalah jenis Kumbang Paederus fuscipes berkembang biak di dalam tanah di tempat-tempat yang lembab, seperti di galengan sawah, tepi sungai, daerah berawa dan hutan. Telurnya diletakkan di dalam tanah, begitu pula larva dan pupanya hidup dalam tanah. Setelah dewasa (menjadi kumbang) barulah serangga ini keluar dari dalam tanah dan hidup pada tajuk tanaman .
Siklus hidup kumbang dari sejak telur diletakkan hingga menjadi kumbang dewasa sekitar 18 hari, dengan perincian stadium telur 4 hari, larva 9 hari, dan pupa 5 hari. Kumbang dapat hidup hingga 3 bulan. Seekor kumbang betina dapat meletakkan telur sebanyak 100 butir telur.
Dari mana asalnya?
Kumbang tomcat yang menyerang apartemen di Surabaya itu merupakan binatang berasal dari Indonesia sendiri, kemudian tersebar ke daerah Asia Tenggara, yakni Thailand, Malaysia, China dan Jepang. Sempat dilaporkan karena menyerang siswa di sana.
Kenapa Tomcat menyerang pemukiman penduduk?
Sebenarnya binatang kumbang Tomcat ini salah satu penghuni asli, atau tinggal di persawahan, namun pada malam hari kumbang Paederus fuscipes ini aktif terbang dan tertarik pada cahaya lampu. Inilah yang terjadi di kompleks apartemen di Surabaya. Ada beberapa kemungkinan yang bisa menjelaskan terjadinya ledakan (outbreak) kumbang Tomcat ini.
Pertama, terjadi peningkatan populasi kumbang Tomcat menjelang berakhirnya musim hujan (sebelumnya masih dalam stadia larva dan pupa).
Kedua, pada saat yang bersamaan tejadi kegiatan panen, sehingga kumbang Tomcat pada berterbangan dan bergerak menuju ke tempat datangnya sumber cahaya di pemukiman.
Ketiga, pemukiman dibangun di wilayah tempat perkembangbiakan kumbang Tomcat, misalnya di dekat persawahan atau di pinggiran dekat hutan yang lembab atau tempat berawa. Pada kondisi ini kumbang pada malam hari akan berdatangan ke perumahan karena tertarik cahaya lampu.
Apakah Tomcat ini berbahaya?
Sebenarnya kumbang ini tidak berbahaya, karena tidak menggigit atau menyengat. Tapi kumbang Tomcat kalau terganggu, atau secara tidak sengaja terpijit, akan mengeluarkan cairan yang bila kena kulit akan menyebabkan gejala memerah dan melepuh seperti terbakar (dermatitis). Oleh karena itu gejala ini populer disebut Paederus dermatitis.
Gejala ini muncul akibat cairan tubuh kumbang tadi mengandung zat yang disebut pederin yang bersifat racun. Ada yang menyebutkan bahwa pederin ini 15 kali lebih beracun daripada bisa kobra. Belakangan ini diketahui bahwa produksi pederin dalam tubuh kumbang tergantung pada keberadaan bakteri Pseudomonas sp. yang bersimbiosis dalam tubuh kumbang betina. Pederin bersirkulasi dalam darah kumbang, sehingga dapat terbawa sampai ke keturunannya (telur, larva, pupa, dan kumbang). Namun demikian, kumbang betina yang mengandung bakteri akan menghasilkan pederin lebih banyak dibandingkan kumbang yang dalam tubuhnya tidak ada bakteri simbion.
Kumbang Paederus fuscipes tergolong serangga predator yang makan pada serangga lain. Kumbang ini banyak dijumpai di sawah, dan merupakan musuh alami dari hama-hama padi. Pada siang hari kumbang Tomcat aktif berjalan cepat menyusuri rumpun padi untuk mencari mangsanya yang berupa hama-hama padi, termasuk hama wereng cokelat. Jadi sebetulnya kumbang tomcat ini atau Paederus fuscipes adalah serangga yang bermanfaat bagi petani karena membantu mengendalikan hama-hama padi.
Kumbang tomcat juga bisa ditemukan di pertanaman kedelai, jagung, kapas, tebu dan sejenisnya.
Jika ada wabah Tomcat, bagaimana mengatasinya?
Ada sejumlah cara menghindari atau menangani gangguan kumbang Tomcat ini.
Pertama, karena kumbang ini tertarik cahaya lampu, mematikan lampu atau meredupkan lampu akan mengurangi berdatangannya kumbang ini ke rumah kita.
Kedua, pintu dan jendela perlu ditutup rapat-rapat agar kumbang Tomcat tidak masuk ke rumah.
Ketiga, hindari duduk atau ngobrol di bawah lampu yang di atasnya banyak didatangi kumbang Tomcat.
Keempat, kalau ada kumbang Tomcat menempel pada tubuh atau pada pakaian kita, jangan sekali-kali memegangnya atau membunuhnya. Usir kumbang tadi secara hati-hati dengan cara meniupnya atau mengusirnya dengan potongan kertas.
Kelima, kalau secara tidak sengaja kumbang ini terpijit dan cairannya menempel pada kulit, segera bilas dengan air sabun beberapa kali. Begitu pula bila cairan kumbang ini menempel pada baju atau seprei, agar segera dicuci.
Keenam, umumnya gejala muncul 24 jam setelah kulit terkena cairan tubuh kumbang. Bila gejalanya parah segera pergi ke dokter untuk berobat.
Bagaimana cara terbaik membasmi kumbang ini?
Hewan kumbang Tomcat ini sangat mudah membasminya, biar tidak mewabah kepada masyarakat lain, seperti di daerah Surabaya. Antara lain, mematikan lampu pada siang hari, karena hewan Tomcat ini lebih suka pada cahaya lampu. Selain itu, jendela agar ditutup rapat biar hewan Tomcat ini tidak masuk ke rumah. Jika Tomcat menempel di tubuh, sebaiknya jangan di pukul. Di tiup saja biar racun yang ada di tubuhnya itu tak masuk ke tubuh kita. Dan jangan sekali-kali di garuk, tapi harus dibersihkan pakai sabun.
Ada cara agar serangan serangga ini tak meluas?
Seperti yang sudah di jelaskan, hewan Tomcat yang tinggal di persawahan tidak menggigit dan menyengat. Tapi, kalau hewan ini merasa terganggu, maka dia akan mengeluarkan cairan mengandung racun. Untuk mencegah meluasnya serangga ini ya dengan cara jangan diganggu keberadaannnya. Apalagi, hewan ini sangat membantu petani. Tomcat termasuk predator yang memakan hama wereng.
Bagaimana mengembalikan hewan ini ke habitatnya?
Salah satu langkah mengembalikan hewan ini ke habitatnya, dengan cara mematikan lampu pada malam hari. Hewan ini sangat suka pada cahaya lampu. Dengan lampu dimatikan, maka Tomcat akan kembali ke habitat.
Selain di Surabaya, apakah pernah terjadi serangan serupa sebelumnya?
Meskipun kumbang ini berasal dari Indonesia, namun wabah kumbang Tomcat seperti di Surabaya, pernah pula dilaporkan terjadi di negara lain, seperti di Okinawa-Jepang (1966), Iran (2001), Sri Lanka (2002), Pulau Pinang- Malaysia (2004 dan 2007), India Selatan (2007), dan Iraq (2008).(np)